MArtabrak dan Sekerat Motivasi

Sepanjang perjalanan saya selalu berpikir tentang sebuah pertanyaan “mengapa kita harus bersabar?” terkait dengan masalah saya, perasaan saya,,, kadang saya menasehatkan diri saya sabra ridwan Allah ingin kita memiliki kesabaran,, Allah menginginkan kita jadi orang yang mengihlaskan sesuatu yang sudah jadi ketetapan Allah,, lalu terpikir oleh saya kenapa saya harus jadi orang penyabar,, kenapa harus jadi seorang yang ikhlas,,, karena ternyata jadi orang sabra itu nyakitin,,, jadi orang ihlas itu susah,,, kenapa kita harus melewati proses itu,,? Saya terus bertanya,,, bukankah kita masih bisa jadi manusia seandainya kita tidak jadi orang sabar tidak jadi orang yang ihlas,,, resanya saya kok sakit banget gitu,,, dan itu berat,,, sehingga kenapa kita harus mendapatkan rasa sakit yang dalam,, menahanya dan berjuang untuk mengatasinya,,,
Kadang nasehat diri saya berkata,, ya karena rasa sakit cendrung lebih mendidik kita jadi peribadi yang hebat,,, dan lagi-lagi saya bertanya kenapa saya harus jadi orang hebat memang penting,,, bukankah punya uang banyak aja ukup gak perlu jadi orang hebat segala,, karena cape ,,,

Saya merenungi pertanyaan itu,, nah di tambah ada pertanyaan yang memang masuk akal.. karena ada mie instan, bumbu racik instan, dan serba instan lainya lalu timbul pertanyaan apa ada sukses instan,,,? Saya tidak bisa menjawab itu sampai pada suatu saat..


Malam yang gelap (sudah pasti) dimana malam itu saya akan mengadakan pengajian nah kebetulan tidak ada makanan .. jadi saya keluar untuk mencari makan, biasanya sih,, hanya gorengan-gorengan gak jelas,, namun kali ini pengen makanan yang berbeda,, maka saya carilah yang namanya martabrak dan ketemu,, setelah memesan saya nungu,, kebetulan di sampiingnya itu ada martabrak telor,,, saya bersukur karena tidak ngantri karena saya buru-buru juga.. nah rasanya enak juga yang namanya martarak telor maka saya mesan juga lah,,,

Dengan menunggu dan memperhatikan kedua orang ini masak (tukang martabrak manis dan martabrak telor) saya perhatikan martabrak teor cepat bikinya,,, sementara yang martabrak manis agak lama,,, apa yang membedakanya,,,? Saya perhatikan api yang di gunakan,, saya lihat martabrak telor memakai api yang agak besar,, sehingga matang lebih cepat,, sementara martabrak manis,,, dia mengunakan api yang sedang,, dia liatin,, dia,, cek sedikit apa sudah matang atau belum tanpa memperbesar api orang itu menikmati memasak martarak itu,,, terlihat tidak buru-buru,, lain halnya dengan yang membuat martabrak telor dia cepat,, namun apa yang terjadi?

Bukan kecepatan yang kita nilai hasilnya,,, saya tidak tahu apakah tehnknya memang begitu atau gimana… tapi orang yang memasak martabrak telor saya lihat hasilnya agak gosong,,, dang memang tidak terlalu indah di pandang,, sementara hasil dari martabrak manis,,, hasilnya matang merata dan jauh dari gosong,,,

Lalu hikamah itu datang,, jika di ibaratkan kesuksesan itu masakan tadi dan proses masak itu adalah proses kesuksesan maka sukses itu ada dua yang cepat dan yang lambat,,, ada yang cepat karena api yang besar,, ada juga karena api yang kecil,, kesuksesan yang di buru-buru bukanlah kesuksesan alami,,, hanya bisa saja di katakan sukses namun banyak cacat di mana mana,,, namun kesuksesan yang di lalu peroses kesabaran keihlasan,, dengan api yang kecil istilahnya,, akan menhasilakn kesuksesan yang matang merata,, bukankah kita melihat orang yang kita bisa bilang sukses,, namun kok begitu,,, tapi kok bisa gitu,,, namun ada yang memang belum di katakana sukses,, namun dari sikap tutur kata keilmuan jauh lebih mulia ketimbang orang yang menurut kita dia sukses,,,

Dari pengamatan itu saya kemudian menyadari bahwa ya apa yang saya impikan,, harapkan,, memang terlalu jauh,, ya menyakitkan,, namun percaya bahwa sebenarnya Allah telah mengiring kita ke jalan menuju itu nah di jalan itu perlu ada kesabaran,, keihlasan,, yang memang lama dan sakit,,, tentu tak ada yang bisa menghalangi Allah mengabulkan cita-cta dan impian kita dalam sekejap mata namun apakah kesuksesan hanya ukuran mata saja,, apakah kesuksesan hanya di lihat saja,, tentu tidak bukan,, tidak ada yang mau beli telur busuk,,, telur yang kelihatanya bagus namun dalamnya busuk,, Bisa jadi dan saya yakin memang Allah menginginkan kesuksesan luar dalam,, merata makanya karena dar dua asepek itu menjadikan kesuksesan lama dan menyakitkan,,,

Kisah tentang telur adalah,, jika kita memiliki telur yang akan menetas lalu kita pecahkan telur itu dengan maksud membantu yang di dalam telur keluar,, justru ternyata itu buruk,,, yang keluar tidak sempurna malah jadi premature,, ternyata dengan pertumbuhan alami lebih baik,, jika dia bisa keluar berarti dia bisa menghadapi hidup namun jika tidak dia tidak layak menghadapi hidup ini,, rasanya begitupun kita dalam kandungan orang tua,, ketika jadi zigot embrio, atau sperma,, ita tidak aka nada disini jika kita tidak mampu menghadapi hidup.. kalau kita gugur di dalam kandungan maka kita tidak bisa bertahan dalam perut bagaimana bisa bertahan di dunia,,, maka kita lahir adalah,, karena kita sudah di siapkan untuk tantangan hidup.

Maka bersukurlah atas itu,,
Lebih dalam lagi di dalam kandungan kita tidak di bekali keahlian,, ilmu bahkan kemampuan kita sangat lemah,, hanya saja kita bergantung pada Allah mungkin itu lah kepasrahan kita pada Allah yang terbesar,, bukankah jika sudah tidak punya apa-apa baru kita berpasrah pada Allah??

Karena kita sudah berfikir, berilmu, pengalaman konsep hidup yang sederhana tadi itu lantas kita persulit dengan ilmu kita keahlian kita,, kepercayaan kita maka yang terjadi apa yang telah di bayangkan tadi,,, dan kita masih setuju dengan orang hidup sulit,, padahal belum tentu,, seandainya kita beriman ya cukup Allah saja,, Karen ketika kita dalam perut ibu ya Cuma Allah saja,,


Mungkin ini saatnya kita menanamkan kembali rasa percaya bukan pada diri tpi pada Allah,, yang menjamin dan mempercayakan bahwa kita bisa menjalankan hidup ini,, 

Posting Komentar