MENGHADAPI KELAHIRAN YANG PERTAMA



Tangal 11 juni 2015 awalnya tak mengandung arti apa-apa tapi. #NulisRandom2015 akan jadi saksi bisu.
Mengawali hari dengan kumandang azan subuh seperti biasa, tak ubahnya hari lainya.hanya saja sepulangnya dari melaksanakan pangilan Allah itu saya di kagetankan oleh istri saya karena dia mengeluh mulas dan sudah keluar cairan yang banyak (kemudian saya tahu bahwa air ketubanya sudah pecah). Saya segera saja membawanya ke bidan terdekat dengan pikiran yang dah tak karuan dan ke khawatiran yang luar biasa. Apalagi setelah sang bidan mengatakan air ketuban sudah pecah semntara pembukaan masih satu dan khawatir kalau sang bayi kekeriangan di dalam perut ibu. Di tambah sang ibu napak mules dan sudah gak enak diam. Tindakan yang bisa di lakukan hanya menunggu selama 6 jam dan lihat perkembangan apakah sudah ada penambahan pembukaan atau tidak. 

Waktu semakin berjalan sementara saya bolak balik rumah dan bidan. Dan saya mendapat hasil pemeriksaan ke 2 bahwa pembukaan tidak nambah. Maka tindakanya adalah harus di sunik dan di infuse. Saya yang tak paham apapun tentnag melahirkan saya hanya bisa mengikuti saja baiknya untuk istri saya. Saya sudah ketakutan karena sang bidan mengatakan jika dalam 6 jam gak ada reaksi harus di rujuk ke rumah sakit. Saya hanya bisa menungu dan cemas saja.

Yang terpikir pertama ada bagaiman saya bisa menghubungi ibu saya yang ada di sukabumi. Semoga doa ibu bisa membandtu persalinan ini. Seketika itu saya telepon. Dan saya bertambah takut dan sedih ketika mendengar suara ibu dari sukabumi sana dan saya di Bogor. Beliau menangis waktu teringat saya karena gak nelepon. Saya langsung merasa mendapat musibah dan kemalangan yang luar bisa di hadapan Allah betapa tidak, Karena air mata orang tua meneteskan air mata kerena saya gak nelepon walau sebentar saja. Saya seketika itu meminta maaf luar bisa dan meminta ibu mendoakan persalinan biar lancar. Dan ibu menangis kembali, saya pun tak bisa menahan air mata. Sang ibu sambil suara yang serak menahan tangis mendoakan persalinan istri saya. Saya mngucap terimakasih dan Saya tutup telepon dan menelepon saudara yang lain.
Mendampingi sang istri yang lemah sambil kesakitan menahan mulas tak ada kata yang bisa terungkap. Hanya bisa melihat saja perjuangan sang ibu mengeluarkan bayi. Dengan doa, istigfar dan sholawat yang bisa meringankan pikiran yang tak baik ini. Alhamdulilah saja di masa-masa itu ada keluarga, tetangga, saudara yang datang dan memberi semangat pada istri. Saya merasa terbantu. Alhamdulilah.

Sampai satu titik di mana akan tersa sangat mulas karena akan melahirkan. Saya pangku istri untuk menuju ruang melahirkan. Di sana tak lantas langsung di tangani karena memang prosedur harus di tunggu beberapa menit. Saya melihat istri yang kesakitan luar biasa mungkin itulah yang menyebabkan kedudukan perempuan luar bisa menurut islam karena perjuangan dan pengorbanan. Mungkin seorang wanita bisa banyak melakukan dosa namun menemui masa itu setidaknya berguguran lah dosanya.

Ahirnya masa itu datang saat melahirkan saya hanya bisa mengelus kepala istri ketika dia berjuang itu. Bebrapa kali intruksi sang bidan ahirnya sang bayi keluar dengan tangisan petamanya saya, menangis seketika karena Allah telah menyelamatkan sampai sejauh ini dan ini menjadi anugrah yang saya sukuri karena saya menjadi ayah dari seorang anak perempuan. Allah yang menyampaikan ku ke bulan ramadhan di tambah sekarang aku di beri kesempatan mendaji ayah sunguh hal yang luar bisa yang tak bisa menahan air mata kesukuran saya. Dan istri saya selamat dan sehat bahkan saya terkejut karena sang ibu nampak segar dan berseri karena bahagia meihat anak yang dia kandung selama sembilan bulan telah keluar. Dengan azan dan Iqomah kusambut kehadiranya di dunia ini.

Ahirnya tangal 11 juni jadi hal yang penting dan berkesan karena kelahiran Husna Hafizah Al-Janah. Putri pertama dari Ridawan dan Irma.

Posting Komentar